tuing

iii

Jumat, 26 Maret 2010

Hinamatsuri (festifal anak perempuan)


Hinamatsuri atau Hina Matsuri adalah perayaan setiap tanggal 3 Maret di Jepang yang diadakan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan. Keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka yang disebut hinaningyō (boneka festival).

Satu set boneka terdiri dari boneka kaisar, permaisuri, puteri istana (dayang-dayang), dan pemusik istana yang menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang. Pakaian yang dikenakan boneka adalah kimono gaya zaman Heian. Perayaan ini sering disebut Festival Boneka atau Festival Anak Perempuan karena berawal permainan boneka di kalangan putri bangsawan yang disebut hiina asobi (bermain boneka puteri).

Walaupun disebut matsuri, perayaan ini lebih merupakan acara keluarga di rumah, dan hanya dirayakan keluarga yang memiliki anak perempuan. Sebelum hari perayaan tiba, anak-anak membantu orang tua mengeluarkan boneka dari kotak penyimpanan untuk dipajang. Sehari sesudah Hinamatsuri, boneka harus segera disimpan karena dipercaya sudah menyerap roh-roh jahat dan nasib sial.

Teru Teru Bozu (boneka penangkal hujan)


Teru Teru Bozu adalah boneka tradisional buatan tangan, orang-orang Jepang membuat boneka teru teru bozu . "Teru" dalam bahasa jepang menggambarkan cahaya matahari, sedangkan "bozu" berarti biksu, mengarah ke kepala botak teru teru bozu. Boneka kecil yang terbuat dari selembar kain putih atau kertas tissue ini dipercaya bisa menangkal hujan. Anak-anak biasanya menggantungnya sehari sebelum piknik sekolah, untuk meminta hari yang cerah esok.

Kalau kita menggantung teru teru bozu terbalik (dengan kepala di bawah), itu artinya kita meminta turunnya hujan.

Teru Teru bōzu menjadi populer selama periode Edo di kalangan penduduk kota, yang anak-anaknya akan membuat mereka sehari sebelum cuaca baik dikehendaki dan menyanyikan "Baik-imam cuaca, beritahukan cuaca bagus besok." Ada uta warabe terkenal, atau Jepang sajak kanak-kanak, terkait dengan Teru Teru bozu

Berikut sajaknya:

Teru-teru-bōzu, teru bōzu

Ashita tenki ni shite o-kure

Itsuka no yume no sora no yō ni

Haretara kin no suzu ageyo

Teru-teru-bōzu, teru bōzu

Ashita tenki ni shite o-kure

Watashi no negai wo kiita nara

Amai o-sake wo tanto nomasho

Teru-teru-bōzu, teru bōzu

Ashita tenki ni shite o-kure

Moshi mo kumotte naitetara

Sonata no kubi wo chon to kiru zo

Lagu, ditulis oleh Kyoson Asahara dan disusun oleh Shinpei Nakayama, dirilis pada 1921. Seperti banyak sajak kanak-kanak, lagu ini dikabarkan memiliki sejarah yang lebih gelap daripada yang pertama kali muncul. Ini diduga berasal dari sebuah kisah tentang seorang biksu yang berjanji petani untuk menghentikan hujan dan membawa cuaca cerah selama periode berkepanjangan hujan yang merusak tanaman.

Ketika biarawan gagal untuk membawa sinar matahari, ia dihukum mati. Banyak sejarawan rakyat Jepang, Namun, percaya cerita ini dan lain-lain mengenai asal-usul Teru Teru bozu mungkin berasal dari tradisi lama setelah menjadi luas, kemungkinan besar dalam upaya untuk memperbaiki citra boneka. Hal ini lebih mungkin bahwa "bōzu" dalam nama tidak menunjuk rahib Buddha yang sebenarnya, tetapi bulat, botak rahib-seperti kepala boneka, dan "Teru Teru" bercanda merujuk pada efek cahaya matahari terpantul sebuah botak

Selasa, 09 Maret 2010

Harajuku


Begitu banyak bahasan tentang “HARAJUKU“, tetapi masih juga banyak orang yang ingin tahu seperti apa Harajuku Street dan harajuku style…
Harajuku adalah sebuah tempat yang terletak di Shibuya distrik kota, Tokyo, Japan. Masuk kedalam area loop line “Yamato Line”.
Harajuku terkenal sebagai pusatnya street fashion di Jepang. Selalu dipenuhi dengan pengunjung khususnya kaum remaja muda.
Salah satu kawasan fashion yang sangat menarik dengan harga yang relatif terjangkau di Harajuku adalah “Takeshita Dori“. Terletak tepat di depan Harajuku Station.
Street fashion disini artinya adalah sebuah gaya yang tidak beraturan, kontras satu sama lainnya. Contoh, menggunakan warna-warna yang tidak match, menggunakan sepasang kaos kaki yang berbeda warna dan motif, dan beberapa gaya lain yang saling bertabrakan.
Pada dasarnya gaya berpakaian di negeri sakura selalu disesuaikan dengan musim. Gaya berpakaian musim dingin dengan musim panas tentulah berbeda.
Ada beberapa GAYA di harajuku style, yaitu Cosplay, Yamanba, Lolita, Gongaru, dan sebagainya.
Yang pasti, di Takeshita Dori anda bisa menemukan berbagai macam baju dengan model terbaru, kwalitas yang bagus dan harga relatif lebih murah dibandingkan jika anda membeli di mall.
Tertarik ke Harajuku?
Anda bisa menggunakan kereta api dari TOKYO Station menuju ke Harajuku Station dengan “YAMANOTE LINE“, sekitar 15.2 Km dapat ditempuh dalam waktu 26 menit dengan biaya 190 yen.

Dorayaki

Dorayaki, begitu kita membaca atau mendengar kata dorayaki tentu teingat dengan doraemon, hal ini juga terjadi pada saya, tadi pagi mendapat ‘kiriman’ kue dorayaki dari kekasih tercinta, begitu tahu ada dorayaki, langsung dimakan tidak cuma satu tapi dua biji (kalau doraemon malah makan sepiring yang bisa jadi lebih dari lima biji hehe..). Memang rasa kue dorayaki itu lezat dan tak salah doraemon menggemarinya, tokoh kartun dari Jepang, yang dikenal bagi anak kecil hingga orang dewasa.
Kue kegemaran Japanese manga and anime character Doraemon ini adalah sejenis makanan Jepang sebagai hidangan pencuci mulut yang terdiri dari dua pancake kecil seperti roti dan pasta kacang merah manis. Pada awalnya Dorayaki hanya memiliki satu lapisan dan diciptakan oleh Ueno Usagiya pada tahun 1914.
Dalam bahasa Jepang, dora berarti “gong” (mungkin seperti gamelan) dan karena memiliki bentuk yang hampir mirip sehingga mungkin ini merupakan asal-usul nama “dorayaki”.
Menurut legenda, Dorayaki pertama kali dibuat ketika seorang samurai bernama Benkei terlupa membawa “gong” (dora) yang tertinggal di rumah seorang petani di mana dia bersembunyi dan petani tersebut menggunakan “gong” untuk menggoreng pancake, sehingga diberinama Dorayaki.
Buat kalian yang penasaran dan ingin mencoba membuat kue lezat ini, ada resep yang bisa kalian gunakan sebagai acuan dalam pembuatannya.

DORAYAKI (oleh Bogasari ) 
Bahan dan Bumbu : 
- 3 butir telur ayam 
- 150 gram gula pasir 
- 80 gram air 
- 150 gram terigu Kunci Biru 
- 1/2 sendok teh soda kue 
- 1/2 sendok teh vanille 
Cara Memasak : 
- Telur dan gula dikocok sampai mekar. 
- Masukkan air sedikit demi sedikit. 
- Campur terigu, soda kue dan vanille, lalu masukkan ke dalam kocokan telur. 
- Panggang di cetakan kue lumpur sampai matang. 
- Setelah matang ambil dua buah kue, tengahnya isi dengan coklat, selai 
strawberry sesuai selera.

Chanoyu

UPACARA minum teh Jepang atau chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chat atau cha no yu. 
Sementara upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. 
Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang. 
Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, dan agama. 
Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa basi, etiket meminum teh, dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan. 

Pada umumnya upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchad, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchad. 

Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktikkan tata krama penyajian teh atau belajar etiket sebagai tamu dalam upacara minum teh. Tea ceremony di Jepang dan di China sangat berbeda sekali. 
Cara minum teh di Jepang sudah ditentukan sejak beberapa ratus tahun dan tidak pernah diubah atau diperbaiki. Teh yang dipakai juga sangat berlainan dengan teh yang dipergunakan di China dan yang diminum atau dimakan juga sangat berlainan. 
Teh jepang yang dipergunakan untuk upacara minum teh adalah teh tipe sinensis yang begitu dipetik langsung dikeringkan dan digiling jadi bubuk dan harus disimpan di dalam vacuum jika ingin tahan lama. Kue yang disuguhkan di samping teh saat upacara minum teh disebut Chakaiseki.

Kamis, 04 Maret 2010

Manga Jepang


Majalah-majalah manga di Jepang biasanya terdiri dari beberapa judul komik yang masing-masing mengisi sekitar 30-40 halaman majalah itu (satu chapter/bab). Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200 hingga 850 halaman. Sebuah judul manga yang sukses dapat terbit hingga bertahun-tahun seperti "Jojo no Kimyō na Bōken / JoJo's Bizarre Adventure / Misi Rahasia". Umumnya, judul-judul yang sukses dapat diangkat untuk dijadikan dalam bentuk animasi (atau sekarang lebih dikenal dengan istilah ANIME) contohnya adalah seperti Naruto, Bleach dan One Piece
Beberapa manga cerita aslinya bisa diangkat berdasarkan dari novel / visual novel, contohnya adalah "Basilisk" (tidak beredar di Indonesia) berdasarkan dari novel Kōga Ninpōchō" oleh Futaro Yamada, yang menceritakan pertarungan antara klan ninja Tsubagakure Iga dan klan ninja Manjidani Koga. Ada juga yang mengangkat dari segi sejarah, seperti sejarah Tiga Kerajaan (The Three Kingdom) seperti Legenda Naga (Ryuuroden) dan sejarah-sejarah Jepang, kadang ada yang memakai nama yang benar benar ada, ada juga yang memakai tokoh fiktif.
Setelah beberapa lama, cerita-cerita dari majalah itu akan dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut tankōbon (atau kadang dikenal sebagai istilah volume). Komik dalam bentuk ini biasanya dicetak di atas kertas berkualitas tinggi dan berguna untuk orang-orang yang tidak atau malas membeli majalah-majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam campuran cerita/judul. Dari bentuk tankōbon inilah manga biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain di negara-negara lain seperti Indonesia.
Untuk beberapa judul (yang sukses) bahkan telah/akan dibuat versi manusia (Live Action, atau kadang disingkat sebagai L.A. di jepang), beberapa judul yang telah diangkat menjadi Live Action adalah Death Note, Detektif Conan, GeGeGe no Kintaro, Cutie Honie, Casshern, DevilMan, Saigake!! Otokojuku dan lain lain.
Lebih lanjut sebagian judul juga akan dibuat remake kembali secara internasional oleh produsen di luar negara Jepang, seperti Amerika, yang membuat film Live Action Dragon Ball versi Hollywood (20'th Century Fox), dan kabarnya juga akan dibuat versi live action dari Death Note oleh pihak produser barat.
Berdasarkan jenis pembaca
Manga yang khusus ditujukan untuk anak-anak disebut kodomo (子供) — untuk anak-anak.
Manga yang khusus ditujukan untuk (Wanita) dewasa disebut josei (女性) (atau redikomi) — wanita.
Manga yang khusus ditujukan untuk dewasa disebut seinen (青年) — pria.
Manga yang khusus ditujukan untuk perempuan disebut shōjo (少女) — remaja perempuan.
Manga yang khusus ditujukan untuk laki-laki disebut shōnen (少年) — remaja lelaki.
Banyak dari jenis-jenis ini juga berlaku untuk anime dan permainan komputer Jepang.
Dua penerbit manga terbesar di Jepang adalah Shogakukan dan Shueisha.

Kamis, 25 Februari 2010

Koinobori

Di Jepang, tanggal 5 Mei merupakan hari libur nasional yang dikenal dengan sebutan hari anak. Pada hari tersebut biasanya dilaksanakan perayaan untuk anak laki-laki. Mulanya, perayaan ini merupakan perayaan yang diselenggarakan pada jaman kuno China, namun di Jepang, perayaan ini mulai dilakukan pada jaman Nara ( 710 ~ 784 ).
Dalam rangka merayakan pertumbuhan kesehatan anak laki-laki dan harapan agar dapat tumbuh berkembang dalam kehidupan, masyarakat Jepang memajangh boneka pada bulan mei dan memancangkan koinobori, yaitu umbul-umbul berbentuk ikan karper atau koi. Selain itu, mereka juga memakan kue tradisional seperti Chisaki, yaitu kue kukus yang terbuat dari kacang merah yang dibungkus daun bambu kecil serta kue kashimochi, kue ketan yang berisi selai kacang merah yang dibungkus dengan pohon Ek. Mereka juga membuat masakan musim semi seperti Takenoko Zushi (sushi dari rebung) disertai dengan meminum sake dari bunga iris. Bunga iris ini dikenal sebagai tanaman obat dengan kekuatan ajaib yang umumnya digunakan untuk menghalau dan mencegah kekuatan jahat. Bunga ini sering digunakan untuk pengganti payung, alas bantal dan untuk berendam di ofuro (bak mandi).

Pada pertengahan jaman Edo (1600 ~ 1867), terdapat kebiasaan di kalangan keluarga samurai yang dianugerahi bayi laki-laki yaitu memancangkan koinobori dan gambar kuda di depan pintu masuk. Tak lama kemudian, kebiasaan ini meluas hingga keluarga yang bukan samurai pun memancangkan koinobori bila lahir bayi laki-laki dalam keluarga mereka. Kebiasaan memancangkan koinobori bermula dari legenda ikan koi akan berubah menjadi naga dan terbang di langit bila mencapai air terjun Ryumon. Sejak dulu, ikan koi dipercaya sebagai ikan yang mendatangkan nasib baik. Ikan koi adalah ikan kuat yang tidak hanya bisa hidup di sungai beraliran jernih saja, tetapi juga di kolam dan di rawa. Pada pemasangan koinobori, terdapat harapan agar sang anak akan tumbuh baik dan sukses tanpa peduli baik atau buruknya lingkungan. Pemikiran mengibarkan koinobori di langit biru sebagai wujud harapan suskesnya pertumbuhan anak laki-laki, merupakan kepekaaan khas yang hanya dimiliki oleh orang Jepang. Urutan pemasangan koinobori, pertama kali adalah memasang yaguruma, yang berperan sebagai jimat. Kemudian berurutan dipasang fukinagashi, magoi, dan higoi. Fukinagashi mempunyai arti sebagai keluarga. Sedangkan magoi, dengan ukuran besar yang berwarna hitam menggambarkan ayah. Higoiadalah ikan koi berwarna yang melambangkan perwujudan dari ibu. Setelah semuanya selesai dipasangkan, yang terakhir adalah memasang kogoi, yang mencerminkan jumlah anak laki-laki dalam keluarga tersebut.
Koinobori umumnya mulai dipancangkan pada 1 ~ 2 minggu sebelum tanggal 5 Mei. Pagi dipancangkan, malam diturunkan. Di Jepang, perayaan koinobori yang terkenal adalah “koinobori no kawawatashi” Manba, kota Kanna, perfektur Gunma dan “koinobori no kawawatashi” desa Towa perfektur Kochi.